Siapa Lagi Mau Mengajarkan Al Qur’an?
- Martekowati -
Bukan lulusan pondok, tapi ditantang untuk mengajarkan Al Qur’an pada anak-anak. Butuh semangat baru untuk menguatkan diri, banyak belajar dan banyak berlatih. Selalu berbeda setiap memasuki kelompok siswa yang mau diajar oleh saya. Duh, bagaimana caranya ya….
Bacaan saya termasuk bisa-biasa saja. Pernah belajar beberapa metode pembelajaran Al Qur’an namun belum cukup puas dengan hasil yang saya peroleh. Mungkin karena pembelajaran ini lebih banyak pada praktik, sehingga beberapa metode akan sesuai digunakan jika tepat pada kondisi tertentu. Atau memang saya yang kurang bisa menerapkan hasil belajar saya.
Sekolah ini menggunakan metode kelompok kecil dalam pembelajaran Al Qur’an. Setiap kelompok memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Ada kelompok dengan siswa yang hampir semuanya sudah mandiri, namun ternyata banyak hal yang harus dipilah secara detil, terutama mengenai kualitas bacaan anak-anak. Ketika siswa sudah biasa membaca secara mandiri dan menghafal sendiri, banyak kekurangan pada kualitas bacaan. Tantangan pada siswa kelompok ini adalah membaca dengan benar sesuai kaidah hukum bacaan, menjaga hafalan dan menambah hafalan.
Siswa yang baru belajar membaca Al Qur’an sedang bersemangat membaca Al Qur’an kadang terburu-buru ingin membaca dangan cepat sehingga dalam satu kali pertemuan bisa membaca beberapa halaman karena termotivasi teman yang sudah lama membaca dan mampu membaca dalam jumlah banyak. Dalam hal ini perlu sering diingatkan mengenai motivasi dalam berinteraksi dengan Al Qur’an, pahala membaca Al Qur’an dan tingkatannya serta pentingnya bersabar dalam menuntut ilmu.
Kelompok satu lagi adalah kelompok yang belum bisa membaca Al Qur’an. Karena sejak awal sudah memakai Iqro, kita fokuskan saja agar lebih mudah menghafal bentuk huruf Arab yang sudah sudah familiar. Pada kelompok ini tantangannya adalah semangat yang sering menurun karena sering berpikir bahwa aku sudah cukup begini, aku tidak bisa lebih cepat lagi, aku kesulitan, dan sebagainya. Dengan motivasi pahala belajar Al Qur’an, motivasi tentang kesabaran, dan tentu juga gurunya juga harus sabar hehe,
Metode mengajar yang dipakai semua kelompok tidak sama. Di sini tantangannya sangat berat, karena membuat siswa senang mengaji, senang menghafal itu tidak mudah. Siswa dengan tingkat kelas tinggi tapi belum bisa membaca dan dia merasa nyaman saja, itu sepertinya baik-baik saja. Tapi sebagai pengajar kita akan merasa sangat tidak puas atau bahkan gagal ketika target tidak tercapai. Namun pedoman yang ditanamkan adalah sejauh kita sudah mencoba dengan cara terbaik, dengan berbagai cara, dengan doa yang kuat, semoga suatu saat akan tiba masa anak didik kita mencintai kitab suci agamanya.
Di akhir tulisan ini saya ingin menyampaikan nikmatnya mengajar Al Qur’an. Dengan seringnya bertemu anak-anak, membaca kembali banyak surat pendek, membuat hafalan kita otomatis terjaga. Jadi kita juga tertantang untuk meningkatkan hafalan kita. Malu kan kalau siswa kita sudah hafal 5 juz sementara kita di situ-situ saja hafalannya? Dan otak kita seperti sudah bisa membedakan mana bacaan yang pas dan mana yang kurang pas. Semoga dengan demikian Allah menjaga kita untuk tetap bersama Al Qur’an.